Minggu, 08 Desember 2013

MRP dalam Manajemen Operasi


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Suatu perusahaan mempunyai peranan yang penting dalam perekonomian suatu negara. Sedangkan perusahaan mempunyai kegiatan yang beragam, mulai perencanaan, proses produksi, personalia, pembelanjaan dan pendistribusian. Kegiatan-kegiatan tersebut berguna dalam pencapaian tujuan dari suatu perusahaan.
Pada dasarnya tujuan dari suatu perusahaan adalah keuntungan berupa uang, apapun bentuk jenis usaha yang dilakukan. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, maka perusahaan harus melaksanakan aktivitasnya dengan lancar cepat dan hemat biaya, sehingga dapat memenuhi selera konsumen dan mendapat kepercayaan yang tinggi sebagai salah satu modal yang sangat vital. Dengan adanya kepercayaan dari konsumen maka dapat dipastikan bahwa produk yang dibuat akan dimanfaatkan oleh mereka. Untuk menjamin kebutuhan-kebuthan konsumen akan produk yang diproduksi oleh perusahaan maka perushaan perlu mengontrol persediaan yang ada agar siap menjawab kebutuhan konsumen setiap saat tepat pada waktunya, oleh karena itu perusahaan hendaklah menerapkan suatu sistem atau metode yang efektif guna merespon masalah-masalah yang ada.
Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode Material Requierment Planning (MRP). MRP merupakan teknik pendekatan yang bertujuan meningkatkan produktivitas perusahaan dengan cara menjadwalkan kebutuhan akan material dan komponen untuk membantu perusahaan dalam mengatasi kebutuhan minimum dari komponen-komponen yang kebutuhannya dependen dan menjamin tercapainya produksi akhir. Material Requirement Planning muncul pada tahun 60an oleh Oliver Weight yang berasosiasi dengan Joseph Oirlicky, yang pertama kali diterapkan di Toyota Company Jepang.
Banyaknya metode dalam manajemen material yang dapat digunakan untuk menentukan waktu dan volume pengadaan material, mengharuskan para pengambil keputusan harus menguasai setiap metode pengadaan material dalam manajemen material, mengetahui kelebihan dan kekurangan setiap metode serta dapat menggunakan metode yang tepat sesuai dengan keadaan yang dihadapi. Salah satu metode didalam manajemen material adalah Material Requirement Planning (MRP) yang pada mulanya adalah suatu metode pemesanan material, maka pada saat ini metode tersebut telah digunakan sebagai alat perencanaan dan pengawasan terhadap fungsi manajemen. Material requirement planning juga merupakan konsep dari suatu mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak.
Pada perusahaan yang bergerak dibidang perdagangan yang menghasilkan barang jadi, proses produksi merupakan kegiatan inti dari perusahaan tersebut. Produksi bisa berjalan dengan lancar apabila bahan baku yang merupakan input dari proses produksi tersedia sesuai dengan kebutuhan. Tersedianya bahan baku tidak lepas dari perencanaan (planning) dan pengendalian (controlling). Perencanaan bahan baku bermanfaat untuk menjaga kelangsungan proses produksi yang berdampak pada kelangsungan hidup perusahaan dan untuk mengantisipasi pada setiap permintaan konsumen yang datang secara tidak terduga. Dengan adanya persediaan bahan baku maka perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen. Sistem yang dapat digunakan untuk pengadaan bahan baku adalah MRP (Material Requirement Planning) atau sistem kebutuhan bahan baku. Sistem MRP dapat digunakan untuk mengetahui jumlah bahan baku yang akan dipesan sesuai dengan kebutuhan untuk produksi dengan memperhitungkan juga biaya-biaya yang akan timbul akibat dari persediaan, seperti biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.

I.2 Tujuan
           1) . Mengetahui pengertian dari Material Requirement Planning.
                          2) . Mampu menjelaskan tujuan dari Material Requirement Planning
3) . Mampu menjelaskan Kelebihan dan Kekurangan Material Requirement Planning
4) . Mengetahui Input, Proses, dan Output dari Material Requirement Planning


BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. Pengertian Material Requirement Planning
Perencanaan kebutuhan material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu teknik atau set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta waktu dalam proses perencanaan dan pengendalian item barang (komponen) yang tergantung pada item–item tingkat (level) yang lebih tinggi (dependent demand). Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu:
1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.
2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.
3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.
4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.
Perencanaan kebutuhan material atau sering dikenal dengan Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu sistem informasi yang terkomputerisasi untuk mengatur persediaan permintaan yang dependent dan mengatur jadwal produksi. Sistem ini bertujuan untuk mengurangi tingkat persediaan dan meningkatkan produktivitas. Terdapat dua hal penting dalam MRP yaitu lead time, dan berapa banyaknya jumlah material yang siap dipesan
Dengan metode MRP dapat memesan sejumlah barang atau persediaan sesuai dengan jadwal produksi, maka tidak akan ada pembelian barang walaupun persediaan telah berada pada tingkat terendah. MRP dapat mengatasi masalah-masalah kompleks dalam persediaan yang memproduksi banyak produk. Masalah yang ditimbulkannya antara lain kebingungan inefisiensi, pelayanan yang tidak memuaskan konsumen, dll.
Penentuan kebutuhan material yang pasti dalam proses produksi akan meminimalkan kerugian yang timbul dalam kaitannya dengan persediaan. Dengan menggunakan metode MRP untuk melakukan penjadwalan produksi, maka perusahaan akan menentukan secara tepat perencanaan tanggal penyelesaian pekerjaan yang realistik, pekerjaan dapat selesai tepat pada waktunya, janji kepada konsumen dapat ditepati dan waktu tengang pemesanan dapat dikurangi.

II.2. Tujuan Material Requirement Planning
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1. Meminimalkan Persediaan
MRP menentukan berapa banyak dan kapan suatu komponen diperlukan disesuaikan dengan Jadwal Induk Produksi (JIP). Dengan menggunakan komponen ini, pengadaan (pembelian) atas komponen yang diperlukan untuk suatu rencana produksi dapat dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan.
2. Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
MRP mengidentifikasikan banyaknya bahan dan komponen yang diperlukan baik dari segi jumlah dan waktunya dengan memperhatikan waktu tenggang produksi maupun pengadaan atau pembelian komponen, sehingga memperkecil resiko tidak tersedianya bahan yang akan diproses yang mengakibatkan terganggunya rencana produksi.
3. Komitmen yang realistis
Dengan MRP, jadwal produksi diharapkan dapat dipenuhi sesuai dengan rencana, sehingga komitmen terhadap pengiriman barang dilakukan secara lebih realistis. Hal ini mendorong meningkatnya kepuasan dan kepercayaan konsumen.
4. Meningkatkan efisiensi
MRP juga mendorong peningkatan efisiensi karena jumlah persediaan, waktu produksi, dan waktu pengiriman barang dapat direncanakan lebih baik sesuai dengan Jadwal Induk Produksi (JIP).
Dengan demikian terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan MRP (Material Requirements Planning), yaitu :
a. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat
Kapan pekerjaan harus selesai atau material harus tersedia agar Jadwal Induk Produksi (JIP) dapat terpenuhi.
b. Menentukan kebutuhan minimal setiap item melalui sistem penjadwalan.
c. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanaan.
Kapan pemesanan atau pembatalan pemesanan harus dilakukan.
d. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang harus direncanakan didasarkan pada kapasitas yang ada.

II.3. Kelebihan dan Kelemahan Material Requirement Planning
II.3.1. Kelebihan MRP
·         Kemampuan memberi harga lebih kompetitif
·         Mengurangi harga penjualan
·         Mengurangi Inventori
·         Pelayanan pelanggan yang lebih baik
·         Respon terhadap permintaan pasar lebih baik
·         Kemampuan mengubah jadwal induk
·         Mengurangi biaya setup
·         Mengurangi waktu menganggur
·         Memberi catatan kemajuan sehingga manager dapat merencanakan order sebelum pesanan aktual dirilis
·         Memberitahu kapan memperlambat akan sebaik mempercepat
·         Menunda atau membatalkan pesanan
·         Mengubah kuantitas pesanan
·         Memajukan atau menunda batas waktu pesanan
·         Membantu perencanaan kapasitas
2.3.2. Kelemahan MRP
Problem utama penggunaan sistem MRP adalah integritas data. Jika terdapat data salah pada data persediaan, bill material data/master schedule kemudian juga akan menghasilkan data salah. Problem utama lainnya adalah MRP systems membutuhkan data spesifik berapa lama perusahaan menggunakan berbagai komponen dalam memproduksi produk tertentu (asumsi semua variable). Desain sistem ini juga mengasumsikan bahwa "lead time" dalam proses in manufacturing sama untuk setiap item produk yang dibuat.
Proses manufaktur yang dimiliki perusahaan mungkin berbeda diberbagai tempat. Hal ini berakibat terjadinya daftar pesanan yang berbeda karena perbedaaan jarak yang jauh. The overall ERP system dapat digunakan untuk mengorganisaisi sediaan dan kebutuhan menurut individu perusaaannya dan memungkinkan terjadinya komunikasi antar perusahaan sehingga dapat mendistribuskan setiap komponen pada kebutuan perusahaan.
Hal ini mengindikasikan bahwa sebuah sistem enterprise perlu diterapkan sebelum menerapkan sistem MRP. Sistem ERP system dibutuhkan untuk menghitung secara reguler dengan benar bagaimana kebutuhan item sebenarnya yang harus disediakan untuk proses produksi.
MRP tidak mengitung jumlah kapasitas produksi. Meskipun demikian, dalam jumlah yang besar perlu diterapkan suatu sistem dalam tingkatan lebih lanjut, yaitu MRP II. MRP II adalah sistem yang mengintegrasikan aspek keuangan. Sistem ini mencakup perencanaan kapasitas
·         Kegagalan dalam mengaplikasikan sistem MRP biasanya disebabkan oleh ;
Kurangnya komitmen top manajemen, Kesalahan memandang MRP hanyalah software yang hanya butuh digunakan secara tepat, integrasi MRP JIT yang tidak tepat, Membutuhkan pengoperasian yang akurat, dan Terlalu kaku.
II.4. Input, Proses, Output Material Requirement Planning
2.4.1. Input MRP
Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu sebagai berikut :
1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), merupakan ringkasan skedul produksi produk jadi untuk periode mendatang yang dirancang berdasarkan pesanan pelanggan atau peramalan permintaan. JIP berisi perencanaan secara mendetail mengenai jumlah produksi yang dibutuhkan untuk setiap produk akhir beserta periode waktunya untuk suatu jangka perencanaan dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia. Sistem MRP mengasumsikan bahwa pesanan yang dicatat dalam JIP adalah pasti, kendatipun hanya merupakan peramalan.
2. Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status Record), merupakan catatan keadaan persediaan yang menggambarkan status semua item yang ada dalam persediaan yang berkaitan dengan:
a. Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand inventory).
b. Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut akan datang (on order inventory).
c. Lead time dari setiap bahan.
3. Struktur Produk (Bill Of Material), merupakan kaitan antara produk dengan komponen penyusunnya yang memberikan informasi mengenai daftar komponen, campuran bahan dan bahan baku yang diperlukan untuk membuat produk. BOM juga memberikan deskripsi, penjelasan dan kuantitas dari setiap bahan baku yang diperlukan untuk membuat satu unit produk.

II.4.2. Proses MRP
Langkah–langkah dasar dalam penyusunan MRP, yaitu antara lain:
1.      Netting
 yaitu proses perhitungan jumlah kebutuhan bersih untuk setiap periode selama horison perencanaan yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan jadwal penerimaan persediaan dan persediaan awal yang tersedia.
2.      Lotting
yaitu penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan (lot size) yang optimal untuk sebuah item berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan.
3.      Offsetting
yaitu proses yang bertujuan untuk menentukan saat yang tepat melaksanakan rencana pemesanan dalam pemenuhan kebutuhan bersih. Penentuan rencana saat pemesanan ini diperoleh dengan cara mengurangkan kebutuhan bersih yang harus tersedia dengan waktu ancang-ancang (lead time).
4.      Exploding
merupakan proses perhitungan dari ketiga langkah sebelumnya yaitu netting, lotting dan offsetting yang dilakukan untuk komponen atau item yang berada pada level dibawahnya berdasarkan atas rencana pemesanan

II.4.3. Output MRP
Output MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP, yaitu :
1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) penentuan jumlah kebutuhan material serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan datang.
2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli yang akan digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok dan berguna juga bagi manajer manufaktur yang akan digunakan untuk mengontrol proses produksi.
3. Changes to Planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah direncanakan) yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan pesanan dan pengubahan jumlah pesanan.
4. Performance Report (Laporan Penampilan), suatu tampilan yang menunjukkan sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stok dan ukuran yang lain.


BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Material Requirement Planning merupakan suatu sistem yang mengatur bahan-bahan material yang dibutuhkan untuk proses produksi karena dengan MRP perusahaan dapat mengefisiensikan gudang dan sekaligus mencegah kemungkinan kehabisan bahan material atau suatu sistem penjadwalan kebutuhan bahan baku berdasarkan tahap waktu untuk operasi produksi.
Secara umum, sistem MRP dimaksudkan untuk mencapai tujuan sebagai berikut :
1.      Meminimalkan Persediaan
2.      Mengurangi resiko karena keterlambatan produksi atau pengriman
3.Komitmen yang realistis
4.Meningkatkan efisiensi

3.2.  Saran
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kesempurnaanya dan adapun kelemahan-kelemahan dari penulis dalam penulisan makalah ini, baik itu kurangnya fasilitas yang mendukung seperti buku-buku referensi yang begitu terbatas dalam menjamin penyelesaian penulisan makalah ini sehingga kritik dan saran yang bersifat  konstruktif baik itu dari bapak dosen maupun dari rekan-rekan mahasiswa/i sangatlah diharapkan untuk membantu prosses penulisan lebih lanjut.

DAFTAR PUSTAKA
Herry P. Chandra cs,2001, Material Requirement Planning
Zulian Yamit, Drs. Msi, Manajemen Persediaan, Penerbit Ekonesia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.
Eddy Herjanto, Manajemen Produksi dan Operasi, Penerbit PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1999.
http://sistemmanufaktur.blogspot.com/

Senin, 14 Oktober 2013

Peramalan (Forecasting)

Definisi Peramalan
Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang atau jasa. Peramalan tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena perubahan permintaannya relative kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila kondisi permintaan pasar bersifat komplek dan dimanis.
 
Dalam kehidupan sehari – hari peramalan sangatlah banyak gunanya baik untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan industri. Dalam industri, peramalan berguna untuk :
Ø   Peramalan Produksi.
Ø   Peramalan Bahan Baku.
Ø   Peramalan Anggaran Biaya.
Ø   Peramalan Pemasaran.
Adapun faktor – faktor yang menyebabkan terjadinya sebuah peramalan adalah
Ø   Adanya persaingan dagang yang kian ketat.
Ø   Kemajuan teknologi yang begitu pesat.
Ø   Adanya Kebijaksanaan Ekonomi yang dianut di Negara kita.
Ø   Adanya fluktuasi harga.


Jenis-jenis Peramalan
Jenis – jenis peramalan secara umum banyak sekali, namun kali ini jenis – jenis peramalan dapat dibedakan berdasarkan spesifikasi yang berbeda – beda, diantaranya :
a.    Dilihat dari Sifat Penyusunnya dapat dibedakan sebagai berikut :
1.    Peramalan yang Subyektif :
" Peramalan yang didasarkan atas perasaan ( instuisi ) dari orang yang menyusunnya ".
2.    Peramalan yang Obyektif :
" Peramalan yang didasarkan atas data – data pada masa lalu dengan menggunakan metode – metode dalam penganalisaan data tersebut ".
b.    Berdasarkan Sifat Ramalan yang telah disusun dapat dibedakan sebagai berikut:
1.    Peramalan Kualitatif :
 " Peramalan yang didasarkan atas data kualitatif pada masa lalu, hasil peramalan tergantung pada orang yang menyusunnya ".
2.    Peramalan Kuantitatif :
" Peramalan yang didasarkan atas data kuantitatif pada masa lalu, hasilnya tergantung pada metode yang digunakan ".

Peramalan dan Horison Waktu
Dalam hubungannya dengan horizon waktu peramalan, maka kita bisa mengklasifikasikan peramalan tersebut ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1.      Peramalan Jangka Panjang, umumnya 2 sampai 10 tahun. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk dan perencanaan sumber daya.
2.      Peramalan Jangka Menengah, umumnya 1 sampai 24 bulan. Peramalan ini lebih mengkhusus dibandingkan peramalan jangka panjang, biasanya digunakan untuk menentukan aliran kas, perencanaan produksi dan penentuan anggaran.
3.      Peramalan Jangka Pendek, umumnya 1 sampai 5 minggu. Peramalan ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam hal perlu tidaknya lembur, penjadwalan kerja, dan lain – lain keputusan kontrol jangka pendek.

Karateristik Peramalan yang Baik
Peramalan yang baik mempunyai beberapa kriteria yang penting, antara lain akurasi, biaya, dan kemudahan. Penjelasan dari kriteria – kriteria tersebut adalah sebagai berikut :
Ø  Akurasi
Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan kekonsistensian peramalan tersebut. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah. dibandingkan dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya kesalahan peramalan relative kecil. Peramalan yang terlalu rendah akan mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak dapat dipenuhi dengan segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjualan. Peramalan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan, sehingga banyak modal terserap sia – sia. Keakuratan dari hasil peramalan ini berperan penting dalam menyeimbangkan persediaan yang ideal (meminimasi penumpukan persediaan dan memaksimasi tingkat pelayanan).
Ø  Biaya
Biaya yang diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan adalah tergantung dari jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode peramalan yang dipakai. Ketiga faktor pemicu biaya tersebut akan mempengaruhi berapa banyak data yang dibutuhkan, bagaimana pengolahan datanya (manual atau komputerisasi), bagaimana penyimpanan datanya dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode peramalan harus disesuaikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi yang ingin didapat, misalnya item – item yang penting akan diramalkan dengan metode yang canggih dan mahal, sedangkan item – item yang kurang penting bisa diramalkan dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi dari Hukum Pareto ( Analisa ABC ).

Ø  Kemudahan
Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah diaplikasikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah percuma memakai metode yang canggih, tetapi tidak dapat diaplikasikan pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumber daya manusia, maupun peralatan teknologi.

Beberapa Sifat Peramalan
Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan, yaitu :
1.      Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa mengurangi ketidak pastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat menghilangkan ketidak pastian tersebut.
2.      Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang berapa ukuran kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar kesalahan yang mungkin terjadi.
3.      Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek, faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan relative masih konstan, sedangkan semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya perubahan faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan.


Rabu, 25 September 2013

Inspirasi Bengkel Mobil Masa depan


Penatan Ruang dan Display Produk 
1. Menekankan kepada arus lalu lintas kendaraan yang masuk ke bengkel anda,kecukupan ruang parkir adalah syarat mutlak yang harus dimiliki.

2. Memberikan ruang pandang yang jelas,sehingga konsumen bisa melihat kendaraannya yang sedang diperbaiki


4. memasang poster berisikan prosedur pelayanan konsumen dan jaminan kualitas yang bisa didapatkan konsumen,dan bila perlu no telpon khusus untuk mengatasi keluhan konsumen.


Alur Kerja Bengkel

  Bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi operasional dalam sebuah bengkel,contohnya :

1. Proses pelayanan dimulai ketika pelanggan datang ke bengkel dengan membawa kendaraan yang akan diservis

2. Service advisor akan melayani dan memeriksa keluhan pelanggan,lalu memperkirakan apakah kerusakannya bisa diperbaiki atau harus ganti baru

3. Apabila pelanggan sudah setuju dengan estimasi biaya yang ditawarkan, SA akan membuat surat perintah kepada mekanik agar segera dikerjakan.

4. Kemudian setelah surat perintah keluar maka SA akan menyerahkan estimasi biaya kepada bagian keuangan untuk dimasukkan kedalam database.

5.Apabila kendaraan sudah selesai Kepala mekanik akan menyerahkan kendaraan yang telah selesai ke SA

6. setelah memeriksa kelengkapan kendaraan SA akan menghubungi pemilik kendaraan dan mengatakan sudah selesai diperbaiki dan seterusnya.

  Ini hanya contoh saja,tergantung tempat anda bengkelnya bagaimana tinggal menyesuaikan saja.

 


Manajemen Arus Kas Bengkel 
meliputi :
* Pendapatan bengkel adalah semua pemasukan yang berasal dari jasa servis dan penjualan sparepart
* Pengeluaran bengkel adalah meliputi biaya tenaga kerja,belanja sparepart,pemeliharaan alat,kebersihan,listrik,telepon dan air serta masih banyak lagi

Yang terpenting semua laporan harus jelas disertai dengan bukti pembayaran dan pembelian agar data-data akurat.


Sumber : (gambar) http://hidrolis.com/sketsa-3-d/arif-wedi-2012-03-11-15003200000/
              (informasi) https://www.facebook.com/notes/bikermart-purwokerto/manajemen-operasional-bengkel/217338024943338

Jumat, 08 Maret 2013

Phrase

Phrase adalah rangkaian kata yang sudah mengandung suatu pengertian atau satu kesatuan makna, tetapi tidak mempunyai subject dan predicate dan merupakan bagian dari suatu kalimat. Apabila kata-kata dalam phrase tersebut kita pisah, maka mempunyai makna yang berbeda apabila kata-kata tersebut disatukan.
Contoh:
  • The girl at the door is my sister.
  • The book on the table is mine.
  • The man with the red hat is my teacher.
  • The boys in the street are students.
Berdasarkan penggunaannya Phrase dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu:
  1. Noun Phrase.

  2. Adjective Phrase.

  3. Adverbial Phrase.

1. Noun Phrase

Adalah phrase yang digunakan/berfungsi sebagai noun (kata benda).
Contoh:
  • Ali went to the store for some books.
  • My new car near the tree is old enough.
  • The desk in this room is small.

2. Adjective Phrase

Adalah phrase yang digunakan/berfungsi sebagai adjective, memberi sifat kepada noun atau pronoun.
Contoh:
  • Books in black and red were the clerk’s delight.
  • The girl with long hair is my friend.

3. Adverbial Phrase

Adalah phrase yang digunakan/berfungsi sebagai adverb, yakni menerangkan kata kerja.
Contoh:
  • He shouted on house top.
  • Henry fishes in the big lake.
  • He put the money into his pocket.
Adverbial Phrase dapat juga digunakan untuk menyatakan (mengekspresikan) beberapa hubungan; seperti mengekspresikan hubungan waktu (expressing a relation of time), place (tempat), manner (cara), degree (tingkat/derajat), cause (sebab akibat), purpose (tujuan/maksud), condition (syarat), atau concession or contrast (pertentangan).
Perhatikan contoh-contoh kalimat berikut ini:
1. Menunjukkan Hubungan Waktu.
  • She has been ill since two days ago,
  • We have been studying English for three years.
2. Menunjukkan Hubungan Tempat.
  • I live near the school.
  • He hurried into the classroom.
  • The children’s toys were all over the room.
3. Menunjukkan Hubungan Cara.
  • He cut it with a knife.
  • She writes an angry letter in red ink.
4. Menunjukkan Hubungan Tingkat.
  • I love her very much.
  • You must study English more diligently.
5. Menunjukkan Hubungan Sebab Akibat.
  • She was injured because of the bus accident.
  • I was late because of the rain.
  • Your father is very angry with you for staying out so late.
6. Menunjukkan Hubungan Tujuan.
  • She has come to tell you the latest news.
  • I leave for Jakarta to buy some books.
7. Menunjukkan Hubungan Pertentangan.
  • In spite of the rain he went out.
  • Regardless of the weather she always brings an umbrella.
8. Menunjukkan Hubungan Syarat.
  • We’ll go if necessary.
Berdasarkan kata-kata pendahuluannya (introductory words or pivot word) phrase dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu:
  1. Prepositional Phrase.
  2. Principal Phrase.
  3. Infinitive Phrase.
  4. Gerund Phrase.

1. Prepositional Phrase

Adalah ungkapan yang mengandung prepos’isi (kata depan); dan biasanya dapat dipakai/berfungsi sebagai Noun, Adjective atau. Adverb. Contoh:
  • The report will be sent in a few days.
  • He is sometimes angry with his wife.
  • I’m sorry for having come late.
  • The traffic sign points to the left.

2. Principial Phrase

Adalah ungkapan yang mengandung participle yang biasanya berfungsi sebagai adjective.
  • Not knowing anyone in town he felt very lonesome.
  • Having finished his assignment, he went home.
  • Having lost all my money, I went home.
  • Student arriving late will not be permitted to enter the lecture hall. (Arriving late menjelaskan student.)
  • We heard the children crying.
Arti atau pengertian dari kalimat yang mengandung Participial Phrase dapat menunjukkan:
1. Waktu
a. After (sesudah)
  • Having finished all the work, she went home. (Setelah dia  menyelesaikan semua pekerjaan, dia pulang.)
b. While or When ( = ketika)
  • Walking along the street, I met a friend whom I had not seen for along time. (Ketika saya berjalan sepanjang jalan, saya bertemu teman yang telah lama saya tidak berjumpa.)
2. Sebab Akibat
  • Having worked hard all his life, he decided to take a long vacation. (Karena dia telah bekerja keras sepanjang hidupnya, maka dia memutuskan untuk mengambil liburan panjang)
Tetapi kadang-kadang dapat juga menunjukkan pengertian waktu dan sebab bersama-sama.
  • Having eaten too much, he became sleepy. (Karena dia makan terlalu banyak, dia jadi mengantuk)
Perhatikan beberapa contoh berikut:
  • Needing some money to buy a book, Ali cashed a check. (= Because he needed some money to buy a book, Ali chased a check.)Being unable to afford a car, she bought a bicycle. Unable to afford a car, she bought a bicycle. (= Because she was unable to afford a car, she bought a bicycle.)

3. Infinitive Phrase

Adalah ungkapan yang mengandung infinitive dan infinitive phrase dapat digunakan/berfungsi sebagai Noun, Adjective atau Adverb.
a. Infinitive phrase sebagai Noun
  • To read books means to enlarge one’s horizons.
  • To see his children again will make him happy.
  • To learn English, you must practice everyday.
  • To ask more money would be wrong.
  • To do that is difficult for me.
b. Infinitive phrase sebagai Adjective
  • He wanted books to juggle acrobatically.
  • The poison was strong enough to have killed ten people.
  • He is a good man for you to know.
c. Infinitive phrase sebagai Adverb
  • He read to enlarge his horizons.
  • He has been warned not to do that again.
  • I had hoped to see her soon.

4. Gerund Phrase

Adalah ungkapan yang mengandung gerund, dan biasanya hanya berfungsi sebagai Noun.
  • Reading books enlarge one’s horizons.
  • Playing with guns is dangerous.
  • Taking a long walk every day is good exercise.
  • Her cleaning the house every day is not necessary.
  • The broadcasting by that station comes from the top of a skyscraper.
Appositive Phrase
Sebagai pelengkap pembahasan tentang Phrases, berikut ini diuraikan jenis phrases lain yaitu: Appositive Phrases, yang sangat besar peranannya dalam penyusunan kalimat dalam bahasa Inggris.
Appositive Phrases yaitu sekelompok kata yang berfungsi memberi keterangan tambahan kepada subjek atau objek.
Appositive Phrases dapat berupa noun, adjective, adverb, atau prepositional phrases.
  • Noun: He had asked Mr. Wilson, a prominent lawyer, to represent him in court.
  • Adjective: The professor, unaware that many of his students were asleep, went right on lecturing.
  • Adverb: The gentleman over there by the door is our accountant.
  • Prepositional phrase: Mr. Harris, in a hurry to get home, a took a taxi from the airport.
Susunan Kalimat dengan Appositive Phrases
1. Perubahan Adjective Clause menjadi Appositive Phrase
Adjective clauses yang mengandung bentuk Be dapat disingkat menjadi Appositive Phrase dengan hanya mempertahankan pelengkap (complement) sesudah Be (noun, adjective, adverb atau preposition at phrases).
  • The young man, who is now a lawyer in a large firm, has lost much of his old ambition. Menjadi: The young man, now a lawyer in a large firm, has lost mush of his old ambition.
  • The person who is responsible for the damage will have to pay for it. Menjadi: The person responsible for the damage will have to pay for it.
2. Letak Appositive Phrase dalam Kalimat
Letak Appositive Phrase yang paling umum adalah sesudah noun yang diterangkan olehnya, dan terletak di antara dua tanda koma.
  • His uncle, a proud and unbending man, refused all help that was offered him.
  • Ahmad, eager to get ahead in his career, worked hard day and night.
  • The man, aware that he had mad a mistake, tried to correct it.
  • The high-powered computer machine, the most powerful of its type, was finally readied for use.
Namun Appositive Phrase yang mengacu (menerangkan) subjek dari main verb dapat pula diletakkan di awal kalimat atau di akhir kalimat.
Di Awal Kalimat
  • A proud and unbending man, his uncle refused all help that was offered him.
  • Eager to get ahead in his career, Charles worked hard day and night. (Pada posisi seperti ini, appositive phrase sering mengekspresikan sebab akibat, kadang-kadang kelonggaran.)
Di Akhir Kalimat
  •  His uncle refused all help that was offered him, a proud and unbending man.
  • Charles worked hard day and night, eager to get ahead in his career